BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
BENTANG LAHAN PANTAI Bentuk lahan asal marin
merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan
daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin
dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah
pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang
alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan
bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
- 1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
- 2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
- 3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
- 4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
- 5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut.
2.2 PENGERTIAN DAERAH PANTAI
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:
1.
Pantai (Shore)
Pantai (shore) adalah daerah
yang terletak antara air pasang dan surut, garis batas darat-laut disebut Shore line
2.
Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini selalu beruba-rubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini selalu beruba-rubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
3.
Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
4.
Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
5.
Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)Coast adalah daerah pantai yang
tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut
yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang
landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah tepi pantai yang
sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
6.
Endapan Pantai (Beaches)
Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Endapan bawah pantai depan (lower
forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian
bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang
dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper
foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada
bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan
gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore
beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai
belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan
gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya,
angin, serta aliran sungai
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
7.
Lepas pantai (Off shore)
Lepas pantai adalah daerah
yang meluas dari garis pasang surut terendah ke arah laut,dibedakan:
a. Inshore, meluas dari garis pasang-surut sampai gosong pasir(bar) atau daerah empasan(breakers).
b. Off shore, meluas di sebelah luar, araeh ke laut.
2.3
MINTAKAT PANTAI
Istilah “pemintakatan”
merupakan terjemahan dari istilah “zonasi”, yang artinya adalah pemisahan suatu
ruang lingkungan kedalam bagian-bagiannya (mintakat-mintakatnya). Karena
lingkungan laut terdiri dari bagian dasar laut dan kolom air yang ada di
atasnya, maka laut dapat dibagi kedalam 2 (dua) mintakat utama, yakni mintakat
pelagik dan mintakat bentik. Mintakat pelagik meliputi seluruh kolom air,
sedangkan mintakat bentik meliputi seluruh lingkungan dasar.
a.Mintakat Pelagik
Mintakat pelagik ini mencakup kolom air mulai dari
permukaan dasar laut sampai paras (permukaan) laut. Kita akan membahas mintakat
pelagik ini, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Secara horizontal,
mintakat pelagik terdiri dari mintakat Neritik dan mintakat Oseanik. Pembagian
ke mintakat neritik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak diatas
landas benua, sedangkan mintakat oseanik merupakan wilayah lingkungan perairan
yang terletak di luar landas benua. Kejelukan yang tegas membatasi antara kedua
mintakat tersebut sebetulnya tidak ada, tetapi batas kedua mintakat tersebut
dapat diperkirakan berada pada kejelukan antara 150-200 m. Perbedaan secara
kimiawi antara kolom air pada mintakat neritik dan mintakat oseanik adalah
bahwa mintakat neritik memiliki kandungan hara yang lebih berlimpah
dibandingkan dengan mintakat oseanik, sedangkan perbedaan secara fisika adalah
bahwa mintakat neritik lebih tinggi kandungan sedimennya sehingga penembusan
cahayanya lebih dangkal. Hal ini terjadi karena mintakat neritik lebih dekat ke
darat sehingga lebih banyak mendapatkan kiriman berbagai zat terlarut yang
mengalir dari darat ke laut. Secara vertikal, mintakat pelagik terdiri dari:
mintakat Epipelagik, Mesopelagik, Batipelagik dan Abisopelagik. Pembagian kedalam
4 (empat) jenis mintakat ini adalah berdasarkan sifat kejelukan. Sifat keempat
mintakat tersebut adalah:
§ Mintakat
epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Ketebalan mintakat ini
hampir sama dengan ketebalan lapisan penembusan cahaya yang efektif untuk
fotosintesis, yaitu sekitar 200 m. Oleh karena itu mintakat epipelagik disebut
juga sebagai mintakat Fotik.
§ Mintakat
mesopelagik terletak dibawah mintakat epipelagik, yaitu terletak antara
kejelukan 200-1000 m. Karena letaknya dibawah mintakat fotik maka mulai dari
mintakat mesopelagik sampai kepada mintakat abisopelagik, disebut sebagai
mintakat Afotik. Artinya, pada mintakat ini tidak terdapat kegiatan yang
menghasilkan produksi primer dan mintakat mesopelagik dihuni oleh konsumen
primer yang memanfaatkan detritus (jasad renik) yang turun dari lapisan yang
lebih dangkal.
§ Mintakat
batipelagik meluas dari kejelukan 1000 m sampai kejelukan 4000 m atau sama
dengan kejelukan dasar laut jeluk. Sifat-sifat fisiknya seragam.
§ Mintakat
abisopelagik meluas ke bagian-bagian terjeluk dari samudra dan disebut juga
sebagai mintakat palung. Biota air yang hidup di mintakat ini mengalami
kegelapan karena tidak ada cahaya, suhu dingin dan tekanan air yang tinggi. Di
perairan abisopelagik ini tidak ada cahaya kecuali cahaya yang berasal dari
hewan-hewan laut (bioluminescence).
Mintakat bentik yang merupakan mintakat dasar laut,
terbagi kedalam mintakat litoral dan mintakat abisal. Mintakat litoral meluas
mulai dari garis pasang tertinggi sampai ke pinggir paparan benua. Garis batas
antara mintakat litoral dengan mintakat abisal biasanya terletak pada kejelukan
200 m dan sekaligus merupakan batas kemampuan tembus sinar matahari. Mintakat
litoral masih dapat dibagi lagi ke dalam 3 (tiga) mintakat utama, yaitu
terdiri:
§ Mintakat
Atas-Litoral, yang merupakan bentangan pantai diatas mintakat litoral. Mintakat
ini dapat mengalami siraman air laut pada saat air pasang, sehingga
kadang-kadang disebut mintakat siraman.
§ Mintakat
Tengah-Litoral, yang membentang mulai dari garis pasang rata-rata teratas
sampai surut rata-rata terbawah dan sering disebut sebagai mintakat pasut
(pasang surut) atau mintakat teritip. Mintakat ini mengalami kekeringan dan
perendaman di sebagian waktu dalam sehari.
§ Mintakat
Bawah-Litoral, yang terletak di bawah mintakat pasut dan selalu terendam di
bawah permukaan laut, sehingga disebut pantai terendam. Mintakat ini membentang
sampai ke pinggir paparan benua.
Pembagian
zona laut (Hedgpeth dalam Dahuri, 2003).
Mintakat abisal meluas mulai dari pinggir paparan
benua sampai ke bagian dasar laut terjeluk dari samudra. Kebanyakan lingkungan
dasar abisal ini menyerupai bahan lumpur dan jarang sekali yang berupa
benda-benda keras seperti batu. Dasar samudra jeluk terdiri dari endapan kapur,
terutama dari kerangka Foraminifera, endapan silika, terutama dari kerangka
diatom, dan lempung merah di dasar yang lebih jeluk dengan tekanan air luar
biasa besarnya sehingga membuat zat-zat lain mudah sekali terlarut. Mintakat abisal
ini 82 % berkejelukan 2.000 m sampai 6.000 m dengan suhu yang stabil
antara 40C dan 1,20C.
2.4 KLASIFIKASI
PANTAI
Antara pantai yang
satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan dari
masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang
dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a.
Lembah sungai yang
tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b.
Fjords atau lembah
glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c.
Bentuk pengendapan
sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1
Delta, yaitu endapan
sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut;
2
Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di
kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir;
3
Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan
sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya
lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak
bercabang-cabang.
d.
Bentuk pengendapan
glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e.
Bentuk permukaan hasil
diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f.
Bentuk permukaan hasil
kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang
menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar;
2. Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang
menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang
terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b. Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c. Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d. Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3.
Pantai yang Netral
(Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya. Menurut Shepard:
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya. Menurut Shepard:
1.
Kelompok primer (Non Marine Agency), terjadi bukan karena
proses marin, sering disebut Youth full Coast. Jenis ini dibedakan menjadi:
a.
Terbentuknya karena erosi didaratan, misal pantai Ria,
Fiord.
b.
Terbentuk karena deposit dari daratan, misal:
1)
River deposition coast: delta;
2)
Glacial depositon coast: Morain, drumlin;
3)
Wind deposition coast: beach;
4)
Post extended by vegetation.
c.
Terbentuk karena aktivitas vulkanik
d.
Terbentuk karena diastropisme, misal patahan, lipatan.
2.
Kelompok sekunder (Marine agency), terbentuk karena proses
marin (mature coast), dibedakan:
a.
Shorelines save by marine erosion
b.
Shorelines save by marine deposition
c.
Coral reef coast
2.5 PERKEMBANGAN
GARIS PANTAI
1. Perkembangan
Pantai Tenggelam
a.
Stadia awal (Early Youth), ditandai oleh
garis pantai yang tidak teratur, banyak teluk yang dipisahkan oleh daratan yang
menjolok kelaut (Head land).
b.
Stadia muda (Youth), tanda-tandanya:
1) Ujung
head land mulai terkikis membentuk cliff rendah (nip), dibawah hill mulai
terbentuk gua;
2) Erosi
meningkat, menyebabkan gua runtuh membentuk stack dan aro, dasar laut dangkal
terkikis membentuk wave cut plat forms, hasil erosi diendapkan membentuk beach;
3) Arus
sepanjang pantai (Longshore current), mengendapkan materi yang tererosi
membentuk spit dan hook;
4) Terbentuk
offshore bar;
5) Terbentuk
laguna.
2. Perkembangan
Pantai Timbul
a.
Stadia awal, ditandai oleh garis-garis
pantai yang tidak teratur, landai dengan lautdangkal, cliff rendah (nip).
b.
Stadia muda tanda-tandanya:
1) Gelombang
mengeruk dasar laut dangkal dan mengangkatnya kezone surf membangun off shore
bar;
2) Off
shore bar muncul membentuk laguna;
3) Pengendapan
dilaguna membentuk laguna plain, off shore bar mulai dirusak gelombang.
c.
Stadia dewasa, mulai terbentuk cliff
rendah, gelombang langsung kedarat karena off shore dirusak dan laguna
terendapi
d.
Stadia tua, erosi lanjut sehingga head
land terpotong, hasil kikisan gelombang diendapkan diteluk-teluk kecil
menyebabkan garis pantai lurus
2.6 TOPOGRAFI
PANTAI
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya
garis pantai. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang,
misalnya ukuran dan kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian garis
pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut
berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari permukaan air yang dangkal.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari permukaan air yang dangkal.
1.
Kekuatan Gelombang
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan semakin besarnya kekuatan gelombang.
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan semakin besarnya kekuatan gelombang.
2.
Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang menyusun pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih cepat terkikis bila dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai yang berusia tua.
Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang menyusun pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih cepat terkikis bila dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai yang berusia tua.
b. Pantai curam (kliff) dan
teras-teras pantai
Apabila dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus. Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi kerja dari gelombang. Apabila tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah pantai kliff tersebut akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya, maka teras-teras gelombangnya akan bertambah lebar.
Apabila dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus. Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi kerja dari gelombang. Apabila tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah pantai kliff tersebut akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya, maka teras-teras gelombangnya akan bertambah lebar.
3.
Kenampakan Hasil Pengendapan Gelombang
Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
a. Gisik (beach)
Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan. Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri dari kerikil yang bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan. Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri dari kerikil yang bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
b. Penampang gisik yang
seimbang
Apabila dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik yang lebar dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan antara tenaga erosi dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari proses pengendapan arus bawah serta arus pantai yang lain. Apabila proses penyeimbangan ini terjadi, maka lereng akan terlihat bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut. Inilah penampang melintang pantai yang mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini biasanya berbentuk cembung ke atas dan bertingkat-tingkat ke arah daratan.
Apabila dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik yang lebar dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan antara tenaga erosi dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari proses pengendapan arus bawah serta arus pantai yang lain. Apabila proses penyeimbangan ini terjadi, maka lereng akan terlihat bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut. Inilah penampang melintang pantai yang mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini biasanya berbentuk cembung ke atas dan bertingkat-tingkat ke arah daratan.
c. Gisik puncak (cusped
beaches)
Gisik puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah ke laut dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang seragam. Di bagian bawah terdapat semacam bukit kecil yang merupakan puncak gisik yang berbentuk agak cembung.
Gisik puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah ke laut dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang seragam. Di bagian bawah terdapat semacam bukit kecil yang merupakan puncak gisik yang berbentuk agak cembung.
d. Gosong pasir (offshore
bars) atau penghalang (barrier)
Apabila dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini terjadi proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang cukup besar mampu memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan garis pantainya. Endapan yang terlihat seperti jembatan ini disebut penghalang (barrier), ambang (bar), atau gosong pasir (offshore bars).
Apabila dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini terjadi proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang cukup besar mampu memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan garis pantainya. Endapan yang terlihat seperti jembatan ini disebut penghalang (barrier), ambang (bar), atau gosong pasir (offshore bars).
4.
Kenampakan Hasil Arus Litoral
Arus litoral bekerja secara langsung pada permukaan tanah, terutama pada tanah atau batuan yang lunak dan tidak kompak akan menjadi tenaga pengikis yang sangat hebat. Hasil dari pengikisan ini akan diendapkan pada dasar air yang dalam dan hanya sebagian saja yang ikut terbawa oleh arus. Adapun beberapa bentukan hasil kegiatan arus litoral yaitu:
Arus litoral bekerja secara langsung pada permukaan tanah, terutama pada tanah atau batuan yang lunak dan tidak kompak akan menjadi tenaga pengikis yang sangat hebat. Hasil dari pengikisan ini akan diendapkan pada dasar air yang dalam dan hanya sebagian saja yang ikut terbawa oleh arus. Adapun beberapa bentukan hasil kegiatan arus litoral yaitu:
a. Ujung atau semenanjung
(spits)
Arus litoral yang mencapai permukaan air yang dalam akan kehilangan tenaga angkutnya sehingga hasil pengikisan yang dibawa akan diendapkan. Apabila material yang dibawa arus laut semakin banyak, maka tanggulnya (embankment) akan tumbuh semakin panjang, lebar, dan tinggi. Apabila bagian luar tanggul ini tererosi oleh gelombang, maka material di sepanjang lerengnya akan hanyut dan akan membentuk endapan di atas permukaan air. Apabila material yang diendapkan jumlahnya cukup banyak, maka pertumbuhan tanggul ini akan mengarah ke laut dalam. Pengendapan material batuan di laut dalam yang berasal dari pulau atau permukaan tanah atau daratan yang tinggi ini disebut semenanjung (spits). Bentukan yang normal dari semenanjung ini sedikit cembung ke arah laut.
Arus litoral yang mencapai permukaan air yang dalam akan kehilangan tenaga angkutnya sehingga hasil pengikisan yang dibawa akan diendapkan. Apabila material yang dibawa arus laut semakin banyak, maka tanggulnya (embankment) akan tumbuh semakin panjang, lebar, dan tinggi. Apabila bagian luar tanggul ini tererosi oleh gelombang, maka material di sepanjang lerengnya akan hanyut dan akan membentuk endapan di atas permukaan air. Apabila material yang diendapkan jumlahnya cukup banyak, maka pertumbuhan tanggul ini akan mengarah ke laut dalam. Pengendapan material batuan di laut dalam yang berasal dari pulau atau permukaan tanah atau daratan yang tinggi ini disebut semenanjung (spits). Bentukan yang normal dari semenanjung ini sedikit cembung ke arah laut.
b. Ambang yang bersambungan
(connecting bars)
Ambang yang bersambung (connecting bars) ini terbentuk apabila terdapat semenanjung yang terbentuk pada air yang bergerak cepat yang menghubungkan pulau-pulau atau tanjung-tanjung. Kadang-kadang juga digunakan istilah ambang teluk (baybars), yaitu ambang yang terdapat pada tanjung dan melintang di mulut teluk tersebut. Sedangkan tombolo menunjukkan ambang yang terangkat bersamaan dengan pulau-pulau yang mengalami pengangkatan.
Ambang yang bersambung (connecting bars) ini terbentuk apabila terdapat semenanjung yang terbentuk pada air yang bergerak cepat yang menghubungkan pulau-pulau atau tanjung-tanjung. Kadang-kadang juga digunakan istilah ambang teluk (baybars), yaitu ambang yang terdapat pada tanjung dan melintang di mulut teluk tersebut. Sedangkan tombolo menunjukkan ambang yang terangkat bersamaan dengan pulau-pulau yang mengalami pengangkatan.
c. Semenanjung yang
membengkok (hook atau recuryed spits)
Apabila di laut sering terjadi gelombang badai, maka akan terjadi endapan baru. Dan apabila pertumbuhan tersebut mengarah ke daratan, seperti kelihatan menjadi lebih atau kurang tetap, maka akan membentuk semenanjung yang membengkok (hook atau recurved spits).
Apabila di laut sering terjadi gelombang badai, maka akan terjadi endapan baru. Dan apabila pertumbuhan tersebut mengarah ke daratan, seperti kelihatan menjadi lebih atau kurang tetap, maka akan membentuk semenanjung yang membengkok (hook atau recurved spits).
d. Putaran (loops)
Kondisi yang berlawanan dengan terbentuknya semenanjung bengkok, maka akan terbentuk kenampakan putaran (loops). Apabila arus litoral yang membentuk semenanjung bengkok menyebabkan bentukan yang mengarah atau menjorok ke laut, naka bentukan kenampakan putaran ini menjorok ke arah daratan.
Kondisi yang berlawanan dengan terbentuknya semenanjung bengkok, maka akan terbentuk kenampakan putaran (loops). Apabila arus litoral yang membentuk semenanjung bengkok menyebabkan bentukan yang mengarah atau menjorok ke laut, naka bentukan kenampakan putaran ini menjorok ke arah daratan.
DAFTAR
PUSTAKA
Herlambang,sudarno.
2004. Bahan Ajar Dasar-dasar Geomorfologi,Malang: Universitas Negeri Malang
Ichwan,
dwi. 2010. Bentang Lahan Asal Marine,
(online) http://one
geo.blogspot.com/2010/01/bentang-lahan-asal-marin.html
di akses 16 april 2012
Kafila,zaky.
2010 Bentuk lahan asal marine, (online)
http://zakykafila.blogspot.com/2010/10/bentuk-lahan-asal-marine.html
di akses 16 april 2012
Riza,Rahmat.
2010. Geoorfologi marinre,(online) http://kleepon.wordpress.com/2010/06/18/geomorfolofi-marin/
di akses 16 april 2012
Pedia, Aceh. 2009. Pemintakat Pantai, (online)