Rabu, 20 Juni 2012

Bentuk Lahan Pantai



BAB II
PEMBAHASAN
2.1         BENTANG LAHAN PANTAI                                                                                                       Bentuk lahan asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:

  1. 1.      Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
  2. 2.   Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
  3. 3.      Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
  4. 4.      Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
  5. 5.      Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut.
2.2    PENGERTIAN DAERAH PANTAI
       Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:                                                                 
1.         Pantai (Shore)
Pantai (shore) adalah daerah yang terletak antara air pasang dan surut, garis batas darat-laut disebut Shore line
2.         Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini selalu beruba-rubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
3.         Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
4.         Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
5.         Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
6.         Endapan Pantai (Beaches)
 Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a.    Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan arus litoral.
b.    Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan gelombang.
c.    Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta aliran sungai
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
7.         Lepas pantai (Off shore)                                                                                                                         Lepas pantai adalah daerah yang meluas dari garis pasang surut terendah ke arah laut,dibedakan:                                                                             
a.    Inshore, meluas dari garis pasang-surut sampai gosong pasir(bar) atau daerah   empasan(breakers).
b.    Off shore, meluas di sebelah luar, araeh ke laut.


2.3    MINTAKAT PANTAI
Istilah “pemintakatan” merupakan terjemahan dari istilah “zonasi”, yang artinya adalah pemisahan suatu ruang lingkungan kedalam bagian-bagiannya (mintakat-mintakatnya). Karena lingkungan laut terdiri dari bagian dasar laut dan kolom air yang ada di atasnya, maka laut dapat dibagi kedalam 2 (dua) mintakat utama, yakni mintakat pelagik dan mintakat bentik. Mintakat pelagik meliputi seluruh kolom air, sedangkan mintakat bentik meliputi seluruh lingkungan dasar.
a.Mintakat Pelagik
Mintakat pelagik ini mencakup kolom air mulai dari permukaan dasar laut sampai paras (permukaan) laut. Kita akan membahas mintakat pelagik ini, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Secara horizontal, mintakat pelagik terdiri dari mintakat Neritik dan mintakat Oseanik. Pembagian ke mintakat neritik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak diatas landas benua, sedangkan mintakat oseanik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar landas benua. Kejelukan yang tegas membatasi antara kedua mintakat tersebut sebetulnya tidak ada, tetapi batas kedua mintakat tersebut dapat diperkirakan berada pada kejelukan antara 150-200 m. Perbedaan secara kimiawi antara kolom air pada mintakat neritik dan mintakat oseanik adalah bahwa mintakat neritik memiliki kandungan hara yang lebih berlimpah dibandingkan dengan mintakat oseanik, sedangkan perbedaan secara fisika adalah bahwa mintakat neritik lebih tinggi kandungan sedimennya sehingga penembusan cahayanya lebih dangkal. Hal ini terjadi karena mintakat neritik lebih dekat ke darat sehingga lebih banyak mendapatkan kiriman berbagai zat terlarut yang mengalir dari darat ke laut. Secara vertikal, mintakat pelagik terdiri dari: mintakat Epipelagik, Mesopelagik, Batipelagik dan Abisopelagik. Pembagian kedalam 4 (empat) jenis mintakat ini adalah berdasarkan sifat kejelukan. Sifat keempat mintakat tersebut adalah:
§  Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Ketebalan mintakat ini hampir sama dengan ketebalan lapisan penembusan cahaya yang efektif untuk fotosintesis, yaitu sekitar 200 m. Oleh karena itu mintakat epipelagik disebut juga sebagai mintakat Fotik.
§  Mintakat mesopelagik terletak dibawah mintakat epipelagik, yaitu terletak antara kejelukan 200-1000 m. Karena letaknya dibawah mintakat fotik maka mulai dari mintakat mesopelagik sampai kepada mintakat abisopelagik, disebut sebagai mintakat Afotik. Artinya, pada mintakat ini tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi primer dan mintakat mesopelagik dihuni oleh konsumen primer yang memanfaatkan detritus (jasad renik) yang turun dari lapisan yang lebih dangkal.
§  Mintakat batipelagik meluas dari kejelukan 1000 m sampai kejelukan 4000 m atau sama dengan kejelukan dasar laut jeluk. Sifat-sifat fisiknya seragam.
§  Mintakat abisopelagik meluas ke bagian-bagian terjeluk dari samudra dan disebut juga sebagai mintakat palung. Biota air yang hidup di mintakat ini mengalami kegelapan karena tidak ada cahaya, suhu dingin dan tekanan air yang tinggi. Di perairan abisopelagik ini tidak ada cahaya kecuali cahaya yang berasal dari hewan-hewan laut (bioluminescence).
b.    Mintakat Bentik
Mintakat bentik yang merupakan mintakat dasar laut, terbagi kedalam mintakat litoral dan mintakat abisal. Mintakat litoral meluas mulai dari garis pasang tertinggi sampai ke pinggir paparan benua. Garis batas antara mintakat litoral dengan mintakat abisal biasanya terletak pada kejelukan 200 m dan sekaligus merupakan batas kemampuan tembus sinar matahari. Mintakat litoral masih dapat dibagi lagi ke dalam 3 (tiga) mintakat utama, yaitu terdiri:
§  Mintakat Atas-Litoral, yang merupakan bentangan pantai diatas mintakat litoral. Mintakat ini dapat mengalami siraman air laut pada saat air pasang, sehingga kadang-kadang disebut mintakat siraman.
§  Mintakat Tengah-Litoral, yang membentang mulai dari garis pasang rata-rata teratas sampai surut rata-rata terbawah dan sering disebut sebagai mintakat pasut (pasang surut) atau mintakat teritip. Mintakat ini mengalami kekeringan dan perendaman di sebagian waktu dalam sehari.
§  Mintakat Bawah-Litoral, yang terletak di bawah mintakat pasut dan selalu terendam di bawah permukaan laut, sehingga disebut pantai terendam. Mintakat ini membentang sampai ke pinggir paparan benua.

Pembagian zona laut (Hedgpeth dalam Dahuri, 2003).
Mintakat abisal meluas mulai dari pinggir paparan benua sampai ke bagian dasar laut terjeluk dari samudra. Kebanyakan lingkungan dasar abisal ini menyerupai bahan lumpur dan jarang sekali yang berupa benda-benda keras seperti batu. Dasar samudra jeluk terdiri dari endapan kapur, terutama dari kerangka Foraminifera, endapan silika, terutama dari kerangka diatom, dan lempung merah di dasar yang lebih jeluk dengan tekanan air luar biasa besarnya sehingga membuat zat-zat lain mudah sekali terlarut. Mintakat abisal ini 82 % berkejelukan 2.000 m sampai 6.000 m dengan suhu yang stabil antara 40C dan 1,20C.
2.4    KLASIFIKASI PANTAI
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1.      Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a.         Lembah sungai yang tenggelam
 Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b.         Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
 Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c.         Bentuk pengendapan sungai 
 Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1        Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut;
2         Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir;
3         Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d.           Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e.            Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f.             Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar;
2.      Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2.      Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
 Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a.       Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b.      Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c.       Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d.      Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e.       Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3.        Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
 Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
 Pantai Majemuk (Compound shorelines)
 Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya. Menurut Shepard:
1.        Kelompok primer (Non Marine Agency), terjadi bukan karena proses marin, sering disebut Youth full Coast. Jenis ini dibedakan menjadi:
a.    Terbentuknya karena erosi didaratan, misal pantai Ria, Fiord.
b.    Terbentuk karena deposit dari daratan, misal:
1)   River deposition coast: delta;
2)   Glacial depositon coast: Morain, drumlin;
3)   Wind deposition coast: beach;
4)   Post extended by vegetation.
c.    Terbentuk karena aktivitas vulkanik
d.   Terbentuk karena diastropisme, misal patahan, lipatan.
2.        Kelompok sekunder (Marine agency), terbentuk karena proses marin (mature coast), dibedakan:
a.    Shorelines save by marine erosion
b.    Shorelines save by marine deposition
c.    Coral reef coast
2.5    PERKEMBANGAN GARIS PANTAI
1.    Perkembangan Pantai Tenggelam
a.         Stadia awal (Early Youth), ditandai oleh garis pantai yang tidak teratur, banyak teluk yang dipisahkan oleh daratan yang menjolok kelaut (Head land).
b.         Stadia muda (Youth), tanda-tandanya:
1)   Ujung head land mulai terkikis membentuk cliff rendah (nip), dibawah hill mulai terbentuk gua;
2)   Erosi meningkat, menyebabkan gua runtuh membentuk stack dan aro, dasar laut dangkal terkikis membentuk wave cut plat forms, hasil erosi diendapkan membentuk beach;
3)   Arus sepanjang pantai (Longshore current), mengendapkan materi yang tererosi membentuk spit dan hook;
4)   Terbentuk offshore bar;
5)   Terbentuk laguna.

2.    Perkembangan Pantai Timbul
a.         Stadia awal, ditandai oleh garis-garis pantai yang tidak teratur, landai dengan lautdangkal, cliff rendah (nip).
b.         Stadia muda tanda-tandanya:
1)   Gelombang mengeruk dasar laut dangkal dan mengangkatnya kezone surf membangun off shore bar;
2)   Off shore bar muncul membentuk laguna;
3)   Pengendapan dilaguna membentuk laguna plain, off shore bar mulai dirusak gelombang.
c.         Stadia dewasa, mulai terbentuk cliff rendah, gelombang langsung kedarat karena off shore dirusak dan laguna terendapi
d.        Stadia tua, erosi lanjut sehingga head land terpotong, hasil kikisan gelombang diendapkan diteluk-teluk kecil menyebabkan garis pantai lurus
2.6    TOPOGRAFI PANTAI
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari permukaan air yang dangkal.
1.      Kekuatan Gelombang
 Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan semakin besarnya kekuatan gelombang.
2.       Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
 Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a.    Goresan gelombang pantai
 Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang menyusun pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih cepat terkikis bila dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai yang berusia tua.
b.    Pantai curam (kliff) dan teras-teras pantai
 Apabila dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus. Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi kerja dari gelombang. Apabila tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah pantai kliff tersebut akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya, maka teras-teras gelombangnya akan bertambah lebar.
3.      Kenampakan Hasil Pengendapan Gelombang
Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
a.       Gisik (beach)
      Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan. Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri dari kerikil yang bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
b.      Penampang gisik yang seimbang
      Apabila dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik yang lebar dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan antara tenaga erosi dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari proses pengendapan arus bawah serta arus pantai yang lain. Apabila proses penyeimbangan ini terjadi, maka lereng akan terlihat bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut. Inilah penampang melintang pantai yang mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini biasanya berbentuk cembung ke atas dan bertingkat-tingkat ke arah daratan.
c.       Gisik puncak (cusped beaches)
Gisik puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah ke laut dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang seragam. Di bagian bawah terdapat semacam bukit kecil yang merupakan puncak gisik yang berbentuk agak cembung. 
d.      Gosong pasir (offshore bars) atau penghalang (barrier)
Apabila dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini terjadi proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang cukup besar mampu memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan garis pantainya. Endapan yang terlihat seperti jembatan ini disebut penghalang (barrier), ambang (bar), atau gosong pasir (offshore bars).
4.      Kenampakan Hasil Arus Litoral
Arus litoral bekerja secara langsung pada permukaan tanah, terutama pada tanah atau batuan yang lunak dan tidak kompak akan menjadi tenaga pengikis yang sangat hebat. Hasil dari pengikisan ini akan diendapkan pada dasar air yang dalam dan hanya sebagian saja yang ikut terbawa oleh arus. Adapun beberapa bentukan hasil kegiatan arus litoral yaitu:
a.       Ujung atau semenanjung (spits)
Arus litoral yang mencapai permukaan air yang dalam akan kehilangan tenaga angkutnya sehingga hasil pengikisan yang dibawa akan diendapkan. Apabila material yang dibawa arus laut semakin banyak, maka tanggulnya (embankment) akan tumbuh semakin panjang, lebar, dan tinggi. Apabila bagian luar tanggul ini tererosi oleh gelombang, maka material di sepanjang lerengnya akan hanyut dan akan membentuk endapan di atas permukaan air. Apabila material yang diendapkan jumlahnya cukup banyak, maka pertumbuhan tanggul ini akan mengarah ke laut dalam. Pengendapan material batuan di laut dalam yang berasal dari pulau atau permukaan tanah atau daratan yang tinggi ini disebut semenanjung (spits). Bentukan yang normal dari semenanjung ini sedikit cembung ke arah laut.
b.      Ambang yang bersambungan (connecting bars)
Ambang yang bersambung (connecting bars) ini terbentuk apabila terdapat semenanjung yang terbentuk pada air yang bergerak cepat yang menghubungkan pulau-pulau atau tanjung-tanjung. Kadang-kadang juga digunakan istilah ambang teluk (baybars), yaitu ambang yang terdapat pada tanjung dan melintang di mulut teluk tersebut. Sedangkan tombolo menunjukkan ambang yang terangkat bersamaan dengan pulau-pulau yang mengalami pengangkatan.
c.       Semenanjung yang membengkok (hook atau recuryed spits)
Apabila di laut sering terjadi gelombang badai, maka akan terjadi endapan baru. Dan apabila pertumbuhan tersebut mengarah ke daratan, seperti kelihatan menjadi lebih atau kurang tetap, maka akan membentuk semenanjung yang membengkok (hook atau recurved spits).
d.      Putaran (loops)
Kondisi yang berlawanan dengan terbentuknya semenanjung bengkok, maka akan terbentuk kenampakan putaran (loops). Apabila arus litoral yang membentuk semenanjung bengkok menyebabkan bentukan yang mengarah atau menjorok ke laut, naka bentukan kenampakan putaran ini menjorok ke arah daratan.




DAFTAR PUSTAKA
Herlambang,sudarno. 2004. Bahan Ajar Dasar-dasar Geomorfologi,Malang: Universitas Negeri Malang
Ichwan, dwi. 2010. Bentang Lahan Asal Marine, (online) http://one geo.blogspot.com/2010/01/bentang-lahan-asal-marin.html di akses 16 april 2012
Kafila,zaky. 2010 Bentuk lahan asal marine, (online) http://zakykafila.blogspot.com/2010/10/bentuk-lahan-asal-marine.html di akses 16 april 2012
Riza,Rahmat. 2010. Geoorfologi marinre,(online) http://kleepon.wordpress.com/2010/06/18/geomorfolofi-marin/ di akses 16 april 2012
Pedia, Aceh. 2009. Pemintakat Pantai, (online)
            http://acehpedia.org/Pemintakatan_Lingkungan_Laut di akses 16 april 2012



objek material dan objek formal desa nanga mau


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kayan Hilir atau biasa disebut Nanga Mau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia. "Nanga" Berasal dari bahasa daerah setempat yang berarti persimpangan Sungai, sedangkan "Mau" adalah Nama Salah satu sungai di Kecamatan tersebut. Kata "kayan hilir" diambil dari nama sungai di daerah tersebut (Kayan). Nanga Mau bermayoritas penduduknya Suku Dayak Dan suku Melayu
Kecamatan Kayan Hilir ini ke sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapuas Hulu,ke sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kayan hulu,ke sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nanga Pinoh,dan ke sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dedai Sintang
1.1    PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas ini adalah :
1.      Mengetahui objek material desa Nanga Mau
2.      Mengetahui objek formal desa Nanga Mau
1.2    TUJUAN
Tujuan yang dari penulisan makalah ini adalah mengetahui fenomena geosfer yang terjadi di desa Nanga Mau, dan pandangan terhadap fenomena geosfer yang terjadi.
1.3    MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi pembaca adalah dapat mengetahui fenomena geosfer yang terjadi di Desa Nanga Mau dan cara memanfaatkan terhadap fenomena geosfer yang ada.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1    OBJEK MATERIAL DESA NANGA MAU
A.  Atmosfer
musim kemarau antara bulan Juni sampai Agustus, sedangkan bulan-bulan lainnya merupakan masa peralihan.Curah hujan tertinggi terjadi sepanjang Bulan Desember yang merupakan puncak musim penghujan. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi ini terutama dipengaruhi oleh daerahnya yang berhutan tropis.sehingga kelembaban udara yang cukup tinggi,daerah Desa Nanga Mau memiliki Sementara itu, rata-rata temperatur udara tahunan mencapai 26,90 derajat Celcius. Suhu tertinggi terjadi selama bulan September hingga 34,10 derajat Celcius sementara suhu terendah terjadi di bulan Juli sebesar 22,20 derajat Celcius.menunjukkan bahwa kondisi tekanan udara hampir sama tiap bulannya sepanjang tahun. dimana rata-rata kecepatan angin yang terbesar terjadi sepanjang bulan Maret. Sementara itu, kecepatan angin maksimum. Kecepatan ini mencapai 10,1 knot dengan kecepatan tertinggi terjadi sepanjang bulan Februari.Penyinaran matahari berkisar antara 30 hingga 70 persen dengan rata-rata 59,50%.
B.  Hidrosfer
Di desa Nanga Mau terdapat 2  sungai yaitu sungai kayan dan sungai mau.di Daerah Desa Kecamata Kayan Hilir ini Sering terjadi banjir. Selain banjir fenomena hidrosfer yang terjadi adalan fenomena Erosi di anak-anak sunagi seperti yang terjadi disepanjang Sungai Kayan dimana erosi ini terjadi karena adanya parit-parit yang besar, masih terus mengalir lama
setelah hujan berhenti. Aliran air dalam sungai ini dapat mengikis dasar Sungai yang dangkal
atas dinding-dinding (tebing)sungai di bawah permukaan air, sehingga tebing atasnya dapat runtuh ke dasar sungai. Adanya gejala meander dari suatu aliran dapat meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu  yang terdapat di Desa Kayan Hilir.
C.  Lithosfer
Fenomena lithosfer yang terjadi di Desa Nanga Mau seperti sebagian memiliki Tanah vulkanik.di sebagian tempat memiliki tanah yang subur.masih banyak pepohonan dan tanaman-perkebunan yang tumbuh di Daerah Desa Kayan Hilir ini.kawasan perkebunan juga merupakan andalan di Daerah Desa Kayan Hilir.tanaman perkebunan di Desa Kayan Hilir ini antara lain:jagung,karet,padi,sayur-sayuran dan lain sebagai nya
D.  Biosfer
di Desa Nanga Mau terdapat fenomena biosfer yang terjadi antara lain yaitu kebakaran lahan. Kebakaran lahan yang terjadi di desa Nanga Mau sendiri diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri karena masyarakat desa Nanga Mau membuka lahan dengan cara membakar ladang yang telah selesai panen, hal ini di lakukan karena menurut masyarakat sekitar dengan cara mebakar lahan untuk membuka ladang baru dapat mengurangi hama yang merupakan penghambat pertanian mereka, selain untuk mengurangi hama, pembakaran lahan untuk membuka ladang baru tersebut di yakini dapat menyuburkan tanah dengan adanya tanah bakar yang tejadi sendirinya akibat pemabakaran lahan tersebut.
Selain kebakaran lahan fenomena biosfer yang terjadi di desa Nanga Mau adalah jenis hewan yang terdapat disekitar desa  Tanjung Niaga jenis hewan yang terdapat di desa Nanga Mau mencakup jenis-jenis hewan seperti Unggas, dan jenis hewan pemakan tumbuhan hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat sekitar yang berternak jenis hewan tersebut.   
E.  Antroposfer
Didesa Nanga Mau memiliki jenis suku yang berbeda yaitu suku Melayu, Dayak, dan Cina perbedaan ini dikarenakan banyaknya para pendatang yang masuk di desa Nanga Mau.
Yang dikatakan orang Melayu adalah mereka yang beragama Islam yang bahasa sehari-harinya Bahasa Melayu,suku Melayu yang mayoritas memeluk agam islam sehingga semua yang berkaitan adat istiadat, tidak lepas dari ajaran islam. Sedangkan yang dikatakan suku Dayak dan Cina adalah orang yang mayoritas memeluk agama non muslim seperti Kristen dan Khatolik, Di desa Nanga Mau mayoritas suku Dayak adalah Dayak Kebahant,  Dayak Barai, Dayak Undau, Dayak Limbai, Dayak Desa, Dayak Lebang .
di desa nanga mau ini memiliki berbagai jenis senjata seperti:mandau,lunjuk,senapang lantak,sumpit,duhung,isou bacou(parang yang kedua sisinya tajam). Selain memiliki jenis suku yang berbeda desa Nanga Mau memiliki pola pesebaran penduduk yang memanjang mengikuti aliran Sungai Kayan, hal ini ditandai banyaknya masyarakat Desa Kayan Hilir yang bermukiman di sepanjang sungai Kayan.
Desa Nanga Mau memiliki jenis kue seperti: Lemang, terbuat dari pulut di masukan ke dalam bamboo, Lemper, terbuat dari pulut yang di isi daging/kacang, Lepat, terbuat dari tepung yang di dalamnya di masukan pisang. Jimut erbuat dari tepung yang dibentuk bulatan sebesar bola pimpong, Lempok terbuat dari durian, Tehpung terbuat dari beras pulut yang ditumbuk halus dan digoreng. Kue ini biasanya di buat pada acara adat, bentuknya ada yang seperti perahu, gong dan lain-lain.
di Desa Nanga Mau memiliki peralatan hidup seperti Cupai,Bakul,dan sSedong,Perahu dan sebagai nya.
2.2 OBJEK FORMAL DESA NANGAMAU
Yang dimaksud dengan objek formal geografi adalah cara pandang dan cara berpikir mengenai fenomena geosfer. Cara pandang dan berpikir ini dapat dilakukan melalui analisis dengan pendekatan  keruangan, kelingkungan dan kewilayahan.
Contoh :
A.  Pendekatan keruangan
Pendekatan yang dilakukan dengan cara mengetahui karaktristik tertentu dari suatu wilayah,meliputi :
a.       topik
Menarik beratkan pada topik yang menjadi perhatian utama dalam menganalisis suatu fenomena geosfer.
b.      Pendekatan aktivitas manusia
Digunakan untuk mengkaji aktivitas manusia/penduduk.misal kita mendeskripsikan kegiatan manusia berdasar mata pencahariannya.
c.       Pendekatan regional
Suatu wilayah permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas dan menjadi pembeda dari wilayah-wilayah lainnya. Jadi pendekatan regional ini adalah menganalisis suatu gajala/masalah dari region atau wilayah tempat masalah itu terbesar.
F.   Pendekatan Kelingkungan
Pendekatan keruangan yang terjadi di desa Kayan Hilir cukup beraneka ragam hal ini dapat dilihat dari fenomena yang terjadi dimana ketika banjir besar, masyarakat yang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani karet tidak dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa dikarenakan perkebunan karet warga sedang terendam banjir, selain mengalamim kerugian tidak sedikit masyarakat desa Kayan Hilir tersebut memanfaatkan bencana alam tersebut dengan cara menawarkan jasa tambang angkutan air kepada warga yang membutuhkan, dengan adanya pemanfaatan bencana alam yang terjadi kebutuhan masyarakat sekitar dapat terpenuhi selama mereka tidak mencari pengasilan sebagai petani karet.
Selain memanfatkan bencana alam berupa banjir masyarakat di desa Kayan Hilir juga memanfaatkan ketika musim kemarau tiba, hal ini dapat dari aktivitas masyarakat sekitar yang memamfaatkan sungai yang sedang kering dengan mencari pasir dan batu kerikil untuk dijual kepada masyarakat lain yang sedang membutuhkan, cara mencari pasir yang dilakukan oleh masyarakat desa Kayan Hilir dapat di katakan masih tradisonal ini dapat terlihat dari mereka mengambil pasir dan batu dengan cara menggalinya dengan menggunakan tenaga manusia tanpa dibantu dengan mesin sedot, hal ini yang menyebabkan kelestarian ekosistem di sekitar sungai dapat tetap terjaga.
C.Pendekatan Kewilayahan
Pendekatan kewilayahan yang terjadi di desa Kayan Hilir adalah dalam bidang pangan dimana desa Kayan Hilir sulit untuk meciptakan lahan pertanian hal ini dikarenakan pemanfaatan lahan yang digunakan sebagai perkebunan karet,maka pendekatan kewilayahan yang dilakukan oleh desa Kayan Hilir adalah denagn berinteraksi dengan wilayah yang bahan pangannya mencukupi.sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian dengan bercocok tanam sayur-sayuran